Minggu, 03 Juni 2012

MERINDUKANMU


Taukah kamu ?
Saat ini ku sangat merindukanmu
Ku rindu akan canda tawamu
Ku rindu akan senyum indahmu 

Ingin ku kembali padamu
Namun hal itu mustahil bagiku
Ku yang telah meninggalkanmu
Ku yang telah menjauhimu
Ku yang telah melakukan kesalahan besar dalam hidupku

Andai dulu ku tak katakan cinta padanya
Andai ku tak memilihnya
Andai ku tak meninggalkanmu
Mungkin saat ini ku masih bersamamu
Karna hati dan rinduku hanya tertuju pada dirimu

Cinta ku selamanya hanya untukmu 
Rindu ku takkan pernah berhenti untukmu
Ku berharap suatu saat dapat kembali bersamamu
Mengulang kisah indah yang pernah ada diantara kita

Sabtu, 02 Juni 2012

JARINGAN PARENKIM


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Parenkim merupakan bagian utama system jaringan dasar dan terdapat pula pada berbagai organ sebagai jaringan yang bersinambungan seperti pada korteks dan empulur batang, korteks akar, jaringan dasar pada tangkai daun, mesofil daun, bagian buah yang berdaging, serta juga terdapat floem dan xylem. Pada tubuh primer, parenkim berkembang dari meristem dasar. Dismping itu ada pula parenkim yang menjadi bagian dari jaringan pembuluh berkembang dan berkembang dari prokambium, pada tubuh sekunder parenkim berkembang dari cambium pembuluh serta cambium gabus (felogen).
Parenkim terdiri dari sel hidup yang bermacam-macam bentuk sesuai dengan fungsi yang berbeda-beda pula. Parenkim umumnya berupa jaringan yang selnya tidak banyak menunjukkan spesialisasi dan dapat terlibat dalam berbagai fungsi fisiologi tumbuhan. Karena merupakan sel hidup, sel parenkim dapat membelah meskipun telah membelah dan menjadi dewasa sehingga dapat  berfungsi sebagi jaringan meristematik. Sebab itu, sel parenkim berperan penting dalam penyembuuhan luka generasi.
Anatomi daun terdiri dari epidermis atas dan epidermis bawah, mesofil sudah terdiferensiasi menjadi parenkim palisade dan parenkim spons (tipe daun dorsiventral).

1.2  Rumusan masalah
1.      Bagaimana cara mengamati dan menggambar berbagai macam bentuk jaringan parenkim menurut bentuk jaringan parenkim dan fungsinya?
2.      Bagaimana mengidentifikasikan zat penyusun penebalan dinding sel parenkim?
3.      Bagaimna mengamati letak parenkim pada organ tubuh?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengamati dan menggambar berbagai macam bentuk jaringan parenkim menurut bentuk jaringan parenkim dan fungsinya.
2.      Untuk mengidentifikasikan zat penyusun penebalan dinding sel parenkim.
3.      Untuk mengamati letak parenkim pada organ tubuh.

DARWINISME, NEODARWINISME DAN MISKONSEPSI YANG MENYERTAINYA





Tujuan Penulis : Mengkaji lebih mendetail tentang teori evolusi organik Darwin, Darwinisme dan Neodarwinisme yaitu dengan tidak menupi – nutupi tentang kelebihan dan kelemahan – kelemahan yang terdapat pada teori Darwin, sesuai dengan salah satu kaidah dalam ilmu pengetahuan (metode ilmiah) yang terbuka.

Fakta – fakta penting dalam Tulisan :
1.      Darwinisme adalah para pengikut teori Darwin, yang dinamakan teori Darwin adalah Teori Seleksi Alam (TSA) Darwin, sedangkan teori evolusi organik Darwin dikenal dengan Teori Darwin abad 19.
2.      Pada masa kini pengetahuan evolusi makhluk hidup telah menjadi landasan pijak berkembangnya biologi modern dalam berbagai bidang biologi terapan, misalnya pemuliaan, pengendalian hama dan lain sebagainya; terutama rekayasa genetika.
3.      Perkembangan teori evolusi organik tidak dapat lepas dari perkembangan bidang – bidang ilmu yang lain terkait dengan genetika, biokimia, biologi molekuler, fisiologi dan lain – lain.
4.      Terdapat 6 fakta yang menjadi dasar Darwin dalam merumuskan wawasannya mengenai Teori Seleksi Alam (TSA) Darwin, yakni :
1.         Kecenderungan makhluk hidup berkembang biak karena fertilitas atau tingkat kesuburan makhluk hidup yang tinggi, sehingga jika tidak ada penghambat dalam perkembangbiakan, maka dalam waktu singkat dimungkinkan dunia tidak dapat menampungnya.
2.         Jumlah individu (secara keseluruhan) hampir tidak berubah meskipun fertilitas makhluk hidup tinggi.
Hal ini dikarenakan terdapat faktor pembatas dan pengatur jumlah individu yang membatasi dan mengatur pertambahan jumlah individu suatu jenis (spesies) di suatu tempat. Sehingga dengan adanya faktor ini individu – individu berhasil tetap hidup, tidak banyak jumlahnya, sekali pun banyak turunan yang dihasilkan tetapi tidak banyak yang mati. Salah satu faktor pembatas dan pengatur itu adalah jumlah makanan yang tersedia.
3.         Adanya konsep “struggle for existance” (perjuangan untuk hidup).
Konsep ini merupakan konsep agar setiap individu tetap dapat hidup, baik berjuang secara pasif maupun berjuang secara aktif. Pada umumnya perjuangan untuk hidup terjadi karena adanya :
a.    Persaingan, baik persaingan antar individu se-spesies maupun yang berlainan spesies
b.    Pemangsaanan dan parasitisme
c.    Perjuangan terhadap lingkungan yang tidak hidup, seperti iklim, suhu dan sebagainya
4.         Adanya keanekaragaman dan hereditas atau adanya variasi dan faktor – faktor yang menentukannya.
Pada umumnya keanekaragaman dapat dibedakan menjadi dua, yaitu keanekaragaman yang mencakup keanekaragaman struktur, tingkah laku maupun aktivitas, dan keanekaragaman yang merupakan ciri yang diwariskan (berkaitan dengan faktor genetis, misalnya gen pembawa mata sipit yang diturnkan dari gen orang tuanya). Adanya keanekaragaman tersebut menyebabkan keberhasilan “perjuangan untuk hidup” tidak sama antara individu satu dengan individu yang lain sehingga meskipun sebenarnya individu pada generasi turunan (spesies baru) banyak, namun tetap tidak terjadi lonjakan karena setiap individu memiliki keanegaraman untuk melakukan “perjuangan untuk hidup” sendiri - sendiri. Keanekaragaman ini misalnya mulai terihat mulai tingkat antara filum (divisio), antara kelas sampai dengan antar individu sejenis, bahkan antar individu seketurunan.
5.         Adanya Seleksi Alam.
Tingkat keberhasilan “perjuangan untuk hidup” tidak sama antar individu, kenyataan itu disebabkan ada individu yang lebih sesuai dengan yang lainnya. Individu yang lebih sesuai inilah, lebih berhasil dalam “perjuangan untuk hidup”, dimana ia mempunyai peluang lebih besar untuk melanjutkan keturunan, dan sekaligus mewariskan ciri – cirinya pada generasi turunan. Sebaliknya individu yang kurang berhasil lama kelamaan akan tersisih dari generasi ke genarasi. Sehingga Charles Darwin mengartikan seluruh proses tersebut  sebagai adanya seleksi alam di lingkungan makhluk hidup. Dari generasi ke generasi peristiwa seleksi alam ini menyababkan sebagian individu menjadi semakin adaptif, sedangkan yang lainnya akan tersisih. Dalam hubungan ini, Herbert Spencer, memperkenalkan istilah “yang tetap hidup lestari adalah yang paling sesuai”.
6.         Lingkungan yang Terus Berubah.
Dari waktu ke waktu, komponen atau faktor – faktor lingkungan terus berubah dan ini suatu kenyataan. Misalnya, perubahan iklim, perubahan geografis, atau fluktuasi cadangan makanan dan sebagainya. Dengan perubahan – perubahan ini makhluk hidup harus terus menerus mengadakan penyesuaian melalui “struggle of existance” dan berlangsung secara terus menerus yang nantinya akan menciptakan individu yang berhasil lolos dari seleksi alam (memiliki ciri – ciri yang semakin adaptif dengan perubahan lingkungan), sehingga akan menjadi cikal bakal pada generasi generasi turunannya. Inilah tanda adanya perubahan yang menuju ke terbentuknya jenis atau spesies baru.
Setelah perjalannya di kepulauan Galapagos dalam waktu kurang lebih 20 tahun, berdasarkan data – data yang diperoleh Darwin menunjukkan fakta bahwa sesungguhnya evolusi terjadi di lingkungan makhluk  hidup, sehingga sekarang lebih dikenal dengan Teori Seleksi Alam Darwin.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites