Tujuan Penulis : Mengkaji lebih
mendetail tentang teori evolusi organik Darwin, Darwinisme dan Neodarwinisme
yaitu dengan tidak menupi – nutupi tentang kelebihan dan kelemahan – kelemahan
yang terdapat pada teori Darwin, sesuai dengan salah satu kaidah dalam ilmu
pengetahuan (metode ilmiah) yang terbuka.
Fakta
– fakta penting dalam Tulisan :
1. Darwinisme
adalah para pengikut teori Darwin, yang dinamakan teori Darwin adalah Teori
Seleksi Alam (TSA) Darwin, sedangkan teori evolusi organik Darwin dikenal
dengan Teori Darwin abad 19.
2. Pada
masa kini pengetahuan evolusi makhluk hidup telah menjadi landasan pijak
berkembangnya biologi modern dalam berbagai bidang biologi terapan, misalnya
pemuliaan, pengendalian hama dan lain sebagainya; terutama rekayasa genetika.
3. Perkembangan
teori evolusi organik tidak dapat lepas dari perkembangan bidang – bidang ilmu
yang lain terkait dengan genetika, biokimia, biologi molekuler, fisiologi dan
lain – lain.
4. Terdapat
6 fakta yang menjadi dasar Darwin dalam merumuskan wawasannya mengenai Teori
Seleksi Alam (TSA) Darwin, yakni :
1.
Kecenderungan
makhluk hidup berkembang biak karena fertilitas atau tingkat kesuburan makhluk
hidup yang tinggi, sehingga jika tidak ada penghambat
dalam perkembangbiakan, maka dalam waktu singkat dimungkinkan dunia tidak dapat
menampungnya.
2.
Jumlah
individu (secara keseluruhan) hampir tidak berubah meskipun fertilitas makhluk
hidup tinggi.
Hal
ini dikarenakan terdapat faktor pembatas dan pengatur jumlah individu yang
membatasi dan mengatur pertambahan jumlah individu suatu jenis (spesies) di
suatu tempat. Sehingga dengan adanya faktor ini individu – individu berhasil
tetap hidup, tidak banyak jumlahnya, sekali pun banyak turunan yang dihasilkan
tetapi tidak banyak yang mati. Salah satu faktor pembatas dan pengatur itu
adalah jumlah makanan yang tersedia.
3.
Adanya
konsep “struggle for existance” (perjuangan
untuk hidup).
Konsep
ini merupakan konsep agar setiap individu tetap dapat hidup, baik berjuang
secara pasif maupun berjuang secara aktif. Pada umumnya perjuangan untuk hidup
terjadi karena adanya :
a. Persaingan,
baik persaingan antar individu se-spesies maupun yang berlainan spesies
b. Pemangsaanan
dan parasitisme
c. Perjuangan
terhadap lingkungan yang tidak hidup, seperti iklim, suhu dan sebagainya
4.
Adanya
keanekaragaman dan hereditas atau adanya variasi dan faktor – faktor yang
menentukannya.
Pada
umumnya keanekaragaman dapat dibedakan menjadi dua, yaitu keanekaragaman yang
mencakup keanekaragaman struktur, tingkah laku maupun aktivitas, dan
keanekaragaman yang merupakan ciri yang diwariskan (berkaitan dengan faktor
genetis, misalnya gen pembawa mata sipit yang diturnkan dari gen orang tuanya).
Adanya keanekaragaman tersebut menyebabkan keberhasilan “perjuangan untuk
hidup” tidak sama antara individu satu dengan individu yang lain sehingga
meskipun sebenarnya individu pada generasi turunan (spesies baru) banyak, namun
tetap tidak terjadi lonjakan karena setiap individu memiliki keanegaraman untuk
melakukan “perjuangan untuk hidup” sendiri - sendiri. Keanekaragaman ini
misalnya mulai terihat mulai tingkat antara filum (divisio), antara kelas
sampai dengan antar individu sejenis, bahkan antar individu seketurunan.
5.
Adanya
Seleksi Alam.
Tingkat
keberhasilan “perjuangan untuk hidup” tidak sama antar individu, kenyataan itu
disebabkan ada individu yang lebih sesuai dengan yang lainnya. Individu yang
lebih sesuai inilah, lebih berhasil dalam “perjuangan untuk hidup”, dimana ia mempunyai
peluang lebih besar untuk melanjutkan keturunan, dan sekaligus mewariskan ciri
– cirinya pada generasi turunan. Sebaliknya individu yang kurang berhasil lama
kelamaan akan tersisih dari generasi ke genarasi. Sehingga Charles Darwin
mengartikan seluruh proses tersebut
sebagai adanya seleksi alam di lingkungan makhluk hidup. Dari generasi
ke generasi peristiwa seleksi alam ini menyababkan sebagian individu menjadi
semakin adaptif, sedangkan yang lainnya akan tersisih. Dalam hubungan ini,
Herbert Spencer, memperkenalkan istilah “yang tetap hidup lestari adalah yang
paling sesuai”.
6.
Lingkungan
yang Terus Berubah.
Dari
waktu ke waktu, komponen atau faktor – faktor lingkungan terus berubah dan ini
suatu kenyataan. Misalnya, perubahan iklim, perubahan geografis, atau fluktuasi
cadangan makanan dan sebagainya. Dengan perubahan – perubahan ini makhluk hidup
harus terus menerus mengadakan penyesuaian melalui “struggle of existance” dan berlangsung secara terus menerus yang
nantinya akan menciptakan individu yang berhasil lolos dari seleksi alam (memiliki
ciri – ciri yang semakin adaptif dengan perubahan lingkungan), sehingga akan
menjadi cikal bakal pada generasi generasi turunannya. Inilah tanda adanya
perubahan yang menuju ke terbentuknya jenis atau spesies baru.
Setelah
perjalannya di kepulauan Galapagos dalam waktu kurang lebih 20 tahun,
berdasarkan data – data yang diperoleh Darwin menunjukkan fakta bahwa
sesungguhnya evolusi terjadi di lingkungan makhluk hidup, sehingga sekarang lebih dikenal dengan
Teori Seleksi Alam Darwin.