Sabtu, 15 Desember 2012

LAPORAN PRAKTIKUM BUAH


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Balakang
Dalam pandangan botani, buah adalah organ pada tumbuhan berbunga. Pada banyak species tumbuhan, yang disebut buah mencakup bakal buah yang telah berkembang lanjut beserta dengan jaringan yang mengelilinginya. Bagi tumbuhan berbunga, buah adalah alat untuk menyebar luaskan biji-bijinya; adanya biji di dalam dapat mengindikasikan bahwa organ tersebut adalah buah, meski ada pula biji yang tidak berasal dari buah. Dalam batasan tersebut, variasi buah bisa sangat besar, mencakup buah mangga, buah apel, buah tomat, cabai, dan lain-lain. Namun juga bulir (kariopsis) padi, 'biji' (juga merupakan bulir!) jagung, 'biji' bunga-matahari, 'biji' lada, atau polong kacang tanah. Sementara, dengan batasan ini, buah jambu monyet atau buah nangka tidak termasuk buah sejati.
Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan melindungi biji. Aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan. Pengertian buah dalam lingkup pertanian (hortikultura) atau pangan adalah lebih luas daripada pengertian buah di atas. Karena buah dalam pengertian ini tidak terbatas yang terbentuk dari bakal buah, melainkan dapat pula berasal dari perkembangan organ yang lain. Karena itu, untuk membedakannya, buah yang sesuai menurut pengertian botani biasa disebut buah sejati. Buah seringkali memiliki nilai ekonomi sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri karena di dalamnya disimpan berbagai macam produk metabolisme tumbuhan, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, alkaloid, hingga terpena dan terpenoid. Ilmu yang mempelajari segala hal tentang buah dinamakan pomologi (Ashari, 2004).
1.2 Tujuan
Adapun tujan dari praktikum ini adalah untuk mengenal bagian-bagian buah dan bagian biji.

Minggu, 04 November 2012

MENEMUKAN CINTA KU


Jantungku berdegup kencang
Saat pertama kali ku melihatmu
Sejak saat itu
Malam-malamku penuh mimpi tentangmu
Hari-hari ku selalu terbayang akan indahnya parasmu
Setiap kali bersamamu
Serasa ku terbang melayang
Anganku membawamu turut serta
Menghadapi ribuan bintang terang di langit
Dan kurasakan..
Aku jatuh cinta padamu
Jatuh cinta yang pertama
Aku jatuh cinta padamu
Yang takkan kurasakan kepada orang lain
Dan kau pun begitu padaku
Ku mohon..
jangan lukai aku..
Ini yang pertama buatku
Ku ingin yang paling indah
Merangkai kisah bahagia bersamamu
Walau pun nanti berpisah
Kisah ini tak kan terlupakan..

I LOVE YOU,, q akan selalu mencintaimu sampai kapanpun itu,.

Selasa, 30 Oktober 2012

JARINGAN KULIT


Badan fisik manusia bersifat dinamis yang artinya selalu berubah setiap saat, sel-sel yang menyusun tubuh manusia memiliki usia tertentu yang kemudian akan diganti lagi dengan yang baru, namun pada akhirnya semua sel-sel akan mengalami kematian scara total, begitu juga pada kulit manusia. Kulit yang sehat terlihat sebagai kulit yang optimal secara fisik maupun fsikologik. Secara fisik, terlihat dari warna, konsistensi, kelenturan, struktur bentuk dan besarnya sel-sel lapisan kulit (Murad, 2007)
Lapisan kulit teratas selalu tumbuh dan mengelupas kembali. Epidermis memiliki 2 fungsi. Pertama, memasok sel ke lapisan tanduk, sekaligus menarik air dari luar dan menjaga kelembapan agar kulit tetap lembut dan kenyal. Dari dasar epidermis, sel bertunas, membelah diri, dan bergerak ke permukaan. Di permukaan, sel menjadi dewasa, matang, dan terus memipih sampai akhirnya menjadi kulit mati pada lapisan tanduk. Pada kulit yang sehat, proses regenerasi ini umumnya berlangsung selama 28 hari (Bentley, 2006).

Sabtu, 27 Oktober 2012

JARINGAN ANGKUT



            Setiap tumbuhan yang hidup pasti memiliki jaringan-jaringan yang menyusun tumbuhan itu, salah satunya adalah jaringan pengangkut, setiap tumbuhan pasti memiliki jaringan tersebut, karena jaringan tersebut merupakan, jaringan yang bekerja sebagai alat transportasi dari hasil fotosintesis, yang nantinya akan disebarkan ke seluruh bagian pada tumbuhan.
Jaringan pengangkut pada tumbuhan tingkat tinggi terdiri dari xylem dan floem. Xylem dan floem bersama-sama disebut berkas pengangkutan (berkas vaskuler). Jaringan pngangkut merupakan jaringan yang berguna untuk transportasi hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan serta mengangkut air dan garam mineral dari akar ke daun. Jaringan pengangkut terdiri dari (Sarwono, 2002):

Agama dan sains "Phoenix dactylifera (Kurma)"



                          
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
                     Sub Kelas: Arecidae
                         Ordo: Arecales
                             Famili:
Arecaceae (suku pinang-pinangan)
                                 Genus: Phoenix
                                     Spesies: Phoenix dactylifera L.
            Kurma merupakan pohon yang sangat terkenal tidak hanya di negara asalnya, tetapi hampir di seluruh dunia. Pohon kurma ada bermacam-macam , salah satu nama ilmiahnya adalah phoenix dactylifera ini digolongkan dalam famili Palmae, genus Phoenix, dan spesies Phoenix dactylifera.
            Tanaman ini merupakan tanaman yang suka iklim yang panas, sehingga habitat yang paling sesuai dengan pohon kurma adalah daerah padang pasir. Namun demikian, pohon kurma juga dapat tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia walaupun tidak dapat menghasilkan buah sebaik di daerah yang beriklim panas seperti Timur Tengah dan Afrika.

Baca selengkapnya

Minggu, 03 Juni 2012

MERINDUKANMU


Taukah kamu ?
Saat ini ku sangat merindukanmu
Ku rindu akan canda tawamu
Ku rindu akan senyum indahmu 

Ingin ku kembali padamu
Namun hal itu mustahil bagiku
Ku yang telah meninggalkanmu
Ku yang telah menjauhimu
Ku yang telah melakukan kesalahan besar dalam hidupku

Andai dulu ku tak katakan cinta padanya
Andai ku tak memilihnya
Andai ku tak meninggalkanmu
Mungkin saat ini ku masih bersamamu
Karna hati dan rinduku hanya tertuju pada dirimu

Cinta ku selamanya hanya untukmu 
Rindu ku takkan pernah berhenti untukmu
Ku berharap suatu saat dapat kembali bersamamu
Mengulang kisah indah yang pernah ada diantara kita

Sabtu, 02 Juni 2012

JARINGAN PARENKIM


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Parenkim merupakan bagian utama system jaringan dasar dan terdapat pula pada berbagai organ sebagai jaringan yang bersinambungan seperti pada korteks dan empulur batang, korteks akar, jaringan dasar pada tangkai daun, mesofil daun, bagian buah yang berdaging, serta juga terdapat floem dan xylem. Pada tubuh primer, parenkim berkembang dari meristem dasar. Dismping itu ada pula parenkim yang menjadi bagian dari jaringan pembuluh berkembang dan berkembang dari prokambium, pada tubuh sekunder parenkim berkembang dari cambium pembuluh serta cambium gabus (felogen).
Parenkim terdiri dari sel hidup yang bermacam-macam bentuk sesuai dengan fungsi yang berbeda-beda pula. Parenkim umumnya berupa jaringan yang selnya tidak banyak menunjukkan spesialisasi dan dapat terlibat dalam berbagai fungsi fisiologi tumbuhan. Karena merupakan sel hidup, sel parenkim dapat membelah meskipun telah membelah dan menjadi dewasa sehingga dapat  berfungsi sebagi jaringan meristematik. Sebab itu, sel parenkim berperan penting dalam penyembuuhan luka generasi.
Anatomi daun terdiri dari epidermis atas dan epidermis bawah, mesofil sudah terdiferensiasi menjadi parenkim palisade dan parenkim spons (tipe daun dorsiventral).

1.2  Rumusan masalah
1.      Bagaimana cara mengamati dan menggambar berbagai macam bentuk jaringan parenkim menurut bentuk jaringan parenkim dan fungsinya?
2.      Bagaimana mengidentifikasikan zat penyusun penebalan dinding sel parenkim?
3.      Bagaimna mengamati letak parenkim pada organ tubuh?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengamati dan menggambar berbagai macam bentuk jaringan parenkim menurut bentuk jaringan parenkim dan fungsinya.
2.      Untuk mengidentifikasikan zat penyusun penebalan dinding sel parenkim.
3.      Untuk mengamati letak parenkim pada organ tubuh.

DARWINISME, NEODARWINISME DAN MISKONSEPSI YANG MENYERTAINYA





Tujuan Penulis : Mengkaji lebih mendetail tentang teori evolusi organik Darwin, Darwinisme dan Neodarwinisme yaitu dengan tidak menupi – nutupi tentang kelebihan dan kelemahan – kelemahan yang terdapat pada teori Darwin, sesuai dengan salah satu kaidah dalam ilmu pengetahuan (metode ilmiah) yang terbuka.

Fakta – fakta penting dalam Tulisan :
1.      Darwinisme adalah para pengikut teori Darwin, yang dinamakan teori Darwin adalah Teori Seleksi Alam (TSA) Darwin, sedangkan teori evolusi organik Darwin dikenal dengan Teori Darwin abad 19.
2.      Pada masa kini pengetahuan evolusi makhluk hidup telah menjadi landasan pijak berkembangnya biologi modern dalam berbagai bidang biologi terapan, misalnya pemuliaan, pengendalian hama dan lain sebagainya; terutama rekayasa genetika.
3.      Perkembangan teori evolusi organik tidak dapat lepas dari perkembangan bidang – bidang ilmu yang lain terkait dengan genetika, biokimia, biologi molekuler, fisiologi dan lain – lain.
4.      Terdapat 6 fakta yang menjadi dasar Darwin dalam merumuskan wawasannya mengenai Teori Seleksi Alam (TSA) Darwin, yakni :
1.         Kecenderungan makhluk hidup berkembang biak karena fertilitas atau tingkat kesuburan makhluk hidup yang tinggi, sehingga jika tidak ada penghambat dalam perkembangbiakan, maka dalam waktu singkat dimungkinkan dunia tidak dapat menampungnya.
2.         Jumlah individu (secara keseluruhan) hampir tidak berubah meskipun fertilitas makhluk hidup tinggi.
Hal ini dikarenakan terdapat faktor pembatas dan pengatur jumlah individu yang membatasi dan mengatur pertambahan jumlah individu suatu jenis (spesies) di suatu tempat. Sehingga dengan adanya faktor ini individu – individu berhasil tetap hidup, tidak banyak jumlahnya, sekali pun banyak turunan yang dihasilkan tetapi tidak banyak yang mati. Salah satu faktor pembatas dan pengatur itu adalah jumlah makanan yang tersedia.
3.         Adanya konsep “struggle for existance” (perjuangan untuk hidup).
Konsep ini merupakan konsep agar setiap individu tetap dapat hidup, baik berjuang secara pasif maupun berjuang secara aktif. Pada umumnya perjuangan untuk hidup terjadi karena adanya :
a.    Persaingan, baik persaingan antar individu se-spesies maupun yang berlainan spesies
b.    Pemangsaanan dan parasitisme
c.    Perjuangan terhadap lingkungan yang tidak hidup, seperti iklim, suhu dan sebagainya
4.         Adanya keanekaragaman dan hereditas atau adanya variasi dan faktor – faktor yang menentukannya.
Pada umumnya keanekaragaman dapat dibedakan menjadi dua, yaitu keanekaragaman yang mencakup keanekaragaman struktur, tingkah laku maupun aktivitas, dan keanekaragaman yang merupakan ciri yang diwariskan (berkaitan dengan faktor genetis, misalnya gen pembawa mata sipit yang diturnkan dari gen orang tuanya). Adanya keanekaragaman tersebut menyebabkan keberhasilan “perjuangan untuk hidup” tidak sama antara individu satu dengan individu yang lain sehingga meskipun sebenarnya individu pada generasi turunan (spesies baru) banyak, namun tetap tidak terjadi lonjakan karena setiap individu memiliki keanegaraman untuk melakukan “perjuangan untuk hidup” sendiri - sendiri. Keanekaragaman ini misalnya mulai terihat mulai tingkat antara filum (divisio), antara kelas sampai dengan antar individu sejenis, bahkan antar individu seketurunan.
5.         Adanya Seleksi Alam.
Tingkat keberhasilan “perjuangan untuk hidup” tidak sama antar individu, kenyataan itu disebabkan ada individu yang lebih sesuai dengan yang lainnya. Individu yang lebih sesuai inilah, lebih berhasil dalam “perjuangan untuk hidup”, dimana ia mempunyai peluang lebih besar untuk melanjutkan keturunan, dan sekaligus mewariskan ciri – cirinya pada generasi turunan. Sebaliknya individu yang kurang berhasil lama kelamaan akan tersisih dari generasi ke genarasi. Sehingga Charles Darwin mengartikan seluruh proses tersebut  sebagai adanya seleksi alam di lingkungan makhluk hidup. Dari generasi ke generasi peristiwa seleksi alam ini menyababkan sebagian individu menjadi semakin adaptif, sedangkan yang lainnya akan tersisih. Dalam hubungan ini, Herbert Spencer, memperkenalkan istilah “yang tetap hidup lestari adalah yang paling sesuai”.
6.         Lingkungan yang Terus Berubah.
Dari waktu ke waktu, komponen atau faktor – faktor lingkungan terus berubah dan ini suatu kenyataan. Misalnya, perubahan iklim, perubahan geografis, atau fluktuasi cadangan makanan dan sebagainya. Dengan perubahan – perubahan ini makhluk hidup harus terus menerus mengadakan penyesuaian melalui “struggle of existance” dan berlangsung secara terus menerus yang nantinya akan menciptakan individu yang berhasil lolos dari seleksi alam (memiliki ciri – ciri yang semakin adaptif dengan perubahan lingkungan), sehingga akan menjadi cikal bakal pada generasi generasi turunannya. Inilah tanda adanya perubahan yang menuju ke terbentuknya jenis atau spesies baru.
Setelah perjalannya di kepulauan Galapagos dalam waktu kurang lebih 20 tahun, berdasarkan data – data yang diperoleh Darwin menunjukkan fakta bahwa sesungguhnya evolusi terjadi di lingkungan makhluk  hidup, sehingga sekarang lebih dikenal dengan Teori Seleksi Alam Darwin.

Jumat, 25 Mei 2012

Codium Harveyi Silva



Nama: Farhan afriansyah
Nim : 10620099
Kelas : Biologi C

Codium Harveyi Silva


            Istilah alga (jamak algae) dalam bahasa indonesia disebut ganggang, mempunyai batasan yang bervariasi. Bahkan kalangn ahli biologi sendiri terdapat perbedaan dalam memberikan batasan istilah alga. Definisi berikut dirangkum dari Smith (1995):
“Alga adalah organisme berklorofil, tubuhnya merupakan tallus (uniseluler atau multiseluler), alat reproduksi pada umumnya berupa sel tunggal, meskipun ada juga alga yang alat reproduksinya tersusun dari banyak sel”.
            Rumput laut termasuk kelompok tumbuhan alga yang berukuran besar, dalam artian dapat terlihat dengan mata biasa tanpa alat pembesar atau mikroskop dan bersifat bentik atau tumbuh menancap atau menempel pada suatu substrat di perairan laut. Alga yang disebut rumput laut ini umumnya terdiri dari :
1. Kelompok alga merah (Rhodophyceae)
2. Kelompok alga coklat (Phaeophyceae)
3. Kelompok alga hijau (Chlorophyceae).

            Ketiga kelompok ini yang tumbuh di laut diperkirakan ada sekitar 9000 jenis yang masing-masing adalah sekitar 6000 jenis Rhodophyceae, 2000 jenis Phaeophyceae dan 1000 jenis Chlorophyceae. Alga lainnya yang berukuran kecil dan hanya terlihat dengan bantuan alat pembesar seperti mikroskop tidak termasuk ke dalam kelompok rumput laut tetapi merupakan kelompok tersendiri yang disebut plankton. Kelompok ini selain kecil ukurannya juga gerakannya sangat dipengaruhi pergerakan air sehingga keberadaannya sebagian besar bergantung kepada kondisi fisik perairan selain faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pertumbuhannya.

            Rumput laut atau algae yang juga dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian terbesar dari tanaman laut. Perairan laut Indonesia dengan garis pantai sekitar 81.000 km diyakini memiliki potensi rumput laut yang sangat tinggi. Tercatat sedikitnya ada 555 jenis rumput laut di perairan Indonesia, diantaranya ada 55 jenis yang diketahui mempunyai nilai ekonomis tinggi, diantaranya Eucheuma sp., Gracilaria sp. dan Gelidium sp. Sejak zaman dulu rumput laut telah digunakan manusia sebagai makanan dan obat-obatan.

Minggu, 20 Mei 2012

PENEMUAN SPESIES TERBARU

http://un2kmu.files.wordpress.com/2010/08/barbourula-kalimantanensis.jpg?w=490&h=328 


Barbourula Kalimantanensis


salah satu temuan spesies baru, spesies ini di temukan di daerah kalimantan, habitat dari spesies ini adalah di tempat yang berair, yaitu sungai, kolam dll, kecuali air laut, spesies ini Diakui oleh para ilmuwan sebagai kodok tidak berparu-paru pertama di dunia. Hewan yang langka ini bernapas seluruhnya melalui kulit. Tanpa paru-paru memungkinkan hewan ini untuk memiliki bentuk yang lebih aerodinamik untuk membantunya bermanuver di sungai-sungai Kalimantan yang deras

TUMBUHAN UNTUK OBAT KESEHATAN DAN KOSMETIK


A.  Teh (Camellia sinensis L.)
Tanaman teh umumnya telah dikenal penduduk Indonesia terutama sebagai penyegar minuman, kata latinnya Camellia  sintesis (L.) o. Kuntze, termasuk familia Theaceae. Selain di Indonesia tumbuh pula di India, Srilangka, dan Cina (Kartasapoetra, 1992).
Menurut Arisandi (2008), tanaman teh umumnya ditanan di perkebunan, dipanen secara manual, dan dapat tumbuh pada ketinggian 200-2300 m dpl. Teh berasal dari kawasan India bagian Utara dan Cina Selatan. Ada dua kelompok varietas teh ang terkenal, yaituassamicayang berasal dari Assam dan sinensis yang berasal dari Cina. Varietas assamica daunnya agak besar dengan ujung yang runcing, sedangkan varietas sinensis daunnya lebih kecil dan ujungnya agak tumpul. Pohon kecil, karena sering dipangkas, tampak seperti perdu. Bila tidak dipangkas, akan tumbuh kecil ramping setinggi 5-10 m, dengan bentuk tajuk seperti kerucut. Batang tegak, berkayu, bercabang-cabang, ujung ranting dan daun muda berambut halus. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berseling, helai daun kaku seperti kulit tipis, bentuknya elips memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi halus, pertulangan menyirip, panjang 6-18 cm, lebar 2-6 cm. Warnanya hijau, permukaan mengkilap. Bunga di ketiak daun, tunggal atau beberapa bunga bergabung menjadi satu. Berkelamin dua, garis tengah 3-4 cm, warna putih cerah dengan kepala sari berwarna kuning, harum, buahnya kotak, berdinding tebal, pecah menurut ruang, masih muda hijau, setelah tua cklat kehhtaman. Biji keras sebanyak 1-3 dengan diameter 1,5 cm, masih muda kuning muda setelah tua coklat. Pucuk dan daun muda digunakan untuk pembuatan minuman teh. Perbanyakan dengan biji, setek, sambungan atau cangkokan.
Batang dari tumbuhan ini berkayu (lignosus) karena batangnya keras dan kuat serta sebagian besar terdiri atas kayu. Tumbuhan dengan batang yang berkayu ini biasanya dijumpai pada pohon-pohon dan semak-semak.batangnya bercabang-cabang dengan ujung ranting yang berambut.Warna dari batangnya adalah coklat kehijauan.
Daun dari Camellia sinesis merupakan daun tunggal yang letaknya tersebar.Pada tiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun atau disebut juga dengan istilah folia sparsa.Helai-helai daunnya berbentuk sudip melebar sampai sudip memanjang.Ujung dan pangkal daunnya runcing.Susunan tulang daunnya menyirip (penninervis), yaitu mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan terusan tangkai daun.Dari ibu tulang ini ke samping ke luar tulang-tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan kita kepada susunan sirip-sirip pada ikan, oleh sebab itu dinamakan bertulang menyirip.Tepi daun dari tumbuhan ini bergerigi.Daunnya berwarna hijau.

Jumat, 11 Mei 2012

PEMBAHASAN PRAKTIKUM KODOK


          Tubuh kodok terdiri dari kepala (caput) dan badan (truncus) tanpa ekor. Pada kepala terdapat mata yang terdiri atas bola mata (bulbus oculi), membrane nictitans, serta palpebra superior dan anterior. Selain itu juga memiliki hidung dan mulut. Hidung pada kodok disebut nostril, yang terletak di tengah atas mata. Bagian-bagian mulut yaitu premaxila, maxilla, dan mandibula. Kodok mempunyai lidah, namun tidak memiliki gigi seperti katak. Mulut kodok juga dilengkapi dengan glottis. Anggota extrimitas depan yaitu tangan yang lebih pendek daripada kaki, bagian-bagiannya yaitu branchium, antebranchium (radius ulna), manus (tangan), digit (falang) yang sebenarnya berjumlah 5, namun satu mengalami rudimentasi. Anggota extrimitas belakang yaitu kaki, bagian-bagiannya yaitu femur, crus, passive pedes, dan digit berjumlah 6 namun satu mengalami rudimentasi.
       Kodok bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak bungkuk. Tubuh kodok menunjukkan keadaan yang serupa dengan anggota yang lain dalam ordonya yaitu memiliki batas antara caput dan truncus  yang tidak jelas. Caput berbentuk tumpul, tanpa rostrum yang menonjol, pada dataran rostrumnya terdapat sepasang lubang hidung yang kecil. Dibagian apex caput terdapat  sepasang mata yang berukuran besar dan menonjol  yang masing-masing memiliki  (Radiopoetro, 1996):
1.     Palpebra superior yaitu lipatan kulit tebal pada tepi atas.
2.Palpebra inferior yaitu berupa lipatan kulit tebal pada tepi bawah.
3. Membrane nictitans yaitu berupa lipatan kulit yang transparan terletak   pada tepi bawah mata.
Extremitas merupakan alat gerak pada kodok, yaitu sepasang tangan dan kaki. Bagian-bagian tangan yaitu humerus, radius-ulna, karpal, metakarpal, dan falang. Pengamatan tangan kodok menuunjukkan bahwa kodok memiliki 4 jari karena satu jari yaitu ibu jari mengalami rudimentasi. Bagian-bagian dari kaki kodok yaitu femur, tibia-fibula, tarsal, metatarsal, dan falang. Jumlah jari pada kaki sebanyak 5, karena satu jari mengalami rudimentasi.
Kaki kodok terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang kaki belakang. Kaki depan terdiri atas  lengan atas (bracium), lengan bawah (antebrancium), tangan (manus), dan jari-jari (digiti). Pada kaki belakang terdiri atas paha (femur), betis (crus), kaki (pes) dan jari-jari (digiti) (Radiopoetro, 1996).
Secara umum kodok jumlah jari tungkai depan biasanya empat jari dan  tungkai belakang lima jari. Pada tungkai belakang memanjang yang berpotensi  untuk melompat. Kadang-kadang dijumpai jari tambahan sebagai prehaluk pada sisi ventral kaki. Prehaluk  ini pada Spadefoot (katak penggali tanah)  berupa tulang -tulang keras yang digunakan untuk menggali tanah sebagai tempat bersembunyi (Radiopoetro, 1996).
Berdasarkan hasil pengamatan ketika praktikum diketahui bahwa kulit kodok tidak mulus karena banyak kutil. Selain itu warnanya juga tidak terlalu cerah seperti katak. Banyaknya kutil menunjukan bahwa kelenjar racun pada kodok lebih berbahaya dari katak. Pada kulit bagian dermis terdapat kelenjar mucus yang ukurannya kecil namun jumlahnya banyak berfungsi untuk mensekresikan mukus.
Hasil pengamatan tersebut sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kodok umumnya berkulit kasar. Kulit Amphibi berperan penting dalam respirasi dan proteksi. Kulit terjaga kelembapanya dengan adanya kelenjar mukosa, bahkan pada spesies yang hidup di air, mukus memberikan minyak pelumas bagi tubuh. Sebagian besar Amphibi memiliki kelenjar granular dan kelenjar mukus. Keduanya mirip dalam beberapa hal antara lain, kelenjar glanular memproduksi zat abnoxius (menjijikkan) atau racun untuk melindungi diri dari musuh. Racun yang terdapat pada Amphibi bervariasi (Sukiya, 2005).
Pergantian kulit pada Amphibi terjadi secara periodik. Proses ini berlangsung dibawah kontrol hormon. Lapisan luar kulit tidak hanya satu bagian, tetapi dalam fragmen meskipun tungkai biasanya utuh  dan mengelupas bersamaan (Sukiya, 2005).
Warna tubuh pada amphibi beraneka ragam. Kodok sawah kulitnya berwarna coklat dan pada punggungya terdapat warna hijau. Warna tubuh pada amphibi disebabkan oleh pigmen atau secara struktural atau juga dihasilkan dari keduanya. Pigmen pada Amphibi terletak pada kromatofora (di dalam kulit). Sel-sel pigmen ini biasanya dinamakan menurut jenis pigmen yang dikandung. Melanofora mengandung pigmen coklat, dan hitam, sedangkan lipafora mengandung pigmen merah, kuning dan orange. Amphibi juga memiliki sel-sel pigmen yang disebut guanafora, semacam iridosit pada ikan, mengandung kristal guanine yang dapat memproduksi iridesen atau efek putih terang (Sukiya, 2005).
Pengamatan menunjukkan bahwa mulut kodok tidak memiliki gigi yang membantu proses pencernaan mekaniknya. Tetapi kodok memiliki lidah yang membantunya dalam proses mendapatkan makanan. Organ-organ pencernaannya meliputi lambung, usus, hati, limpha, usus besar, dan kloaka.
Pada katak di dalam mulut terdapat banyak gigi-gigi kecil disepanjang rahang atas, dan ada gigi vomerin pada langit-langit mulut. Lidah berotot, biofurkat (cabang dua) pada ujungnya, dan bertaut pada bagian anterior mulut (Brotowidjoyo,1989). Lidah katak berfungsi untuk menangkap mangsa. Sebagian besar Amphibi  mempunyai lidah yang dapat dijulurkan keluar seperti pada katak dan kodok, kemudian lidah digulung kebelakang jika tidak digunakan (Sukiya, 2005).
Alat pencernaan makanan diawali oleh cavum oris yang diakhiri oleh anus. Mangsa yang berupa hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan dibasahi oleh air liur. Katak sedikit mempunyai kelenjar ludah. Dari cavum oris makanan akan melewati pharynx, oesophagus yang menghasilkan sekresi alkalin (basis) dan mendorong makanan masuk dalam ventriculus yang besar, ventriculus yang besar itu disebut cardiac ,sedangkan bagian posterior mengecil dan berakhir dengan pyloris. Kontraksi dinding otot ventriculus dapat meremas makanan sampai menjadi hancur dan dicampur dengan sekresi ventriculus yang mengandung enzim atau fermen, yang merupakan katalisator (Jasin,1984).
Berdasarkan hasil pengamatan, organ-organ yang membantu kodok dalam system ekskresi yaitu hati, ginjal, usus besar, uretra, kloaka. Menurut Jasin (1984) sistem ekskresi sebagai system pembuangan zat-zat yang tidak berguna dilakukan oleh kulit, paru-paru dan beberapa zat yang tidak berguna dilepaskan oleh hati berupa empedu dan yang terpenting dilakukan oleh ren. Ren yang berbentuk bulat panjang, berwarna coklat terpisah dari coelom dibawah vertebrae. Pemisah ini disebut retroperitoneal. Ren merupakan alat filter selektif untuk membuang sisa-sisa zat organis dan garam-garam mineral dari pembuluh darah.
Proses filtrasi terjadi pada capsula renalis. Sebuah kapsula renalis terdiri atas: pembuluh darah kecil yang berlekuk-lekuk yang disebut glomerulus, Dinding ganda yang berbentuk mangkokan yang yang disebut capsul bowman, Tubulus uriniferus yang merupakan pembuluh lanjutan darah arteri, Tubukus itu akan menyalurkan isinya pada pembuluh pengumpul yang disebut ductus Wolfian atau urether, yang merupakan yang merupakan pembuluh sepanjang dorsal menuju ke vesica urinaria sebagai penyimpan sementara. Akhirnya urin sebagai bahan sampah dibuang ke kloaka dan selanjutkan dikeluarkan dari tubuh (Jasin,1984).
Jantung amphibi imemiliki 3 ruang yaitu 2 atrium dan satu ventrikel. Darah yang mengalir di tubuh kodok adalah darah campuran, yaitu yang mengandung oksigen dan carbondioxida. Sistem sirkulasi merupakan system sirkulasi tertutup karena memiliki pembuluh darah.
Ampibi mempunyai problem untuk mengisi jantung yang menerina darah  oksigen dari paru-paru dan darah deoksi yang tidak mengandung oksigen dari tubuh (tapi hanya sebagian). Untuk mencegah banyaknya percampuran dua jenis darah tersebut, bahwa ampibi tidak mengembangkan kearah sistem sirkulasi transisional. Jantung mempunyai sekat interatrial, kantong ventrikuler, dan pembagian konus arteriosus dalam pembuluh sistemik dan pembuluh pulmonari. Darah dari tubuh masuk ke atrium kanan dari sinus vensus kemudian masuk ke sisi  kanan ventrikel, kemudian dipompa ke paru-paru (Sukiya, 2005).
Kebanyakan pada Amphibi pasangan arkus aorta pertama, kedua dan kelima hilang. Arkus aorta ketiga pada sisi dasar carotid internal, dan arkus aorta ke empat merupakan system arkus yang menuju ke posterior berupa dorsal aorta. Bagian proksimal dari pasangan keenam arkus aorta cabang dari arteri pulmokutaneus, membawa darah ke paru-paru dan kulit di mana aersi terjadi (Sukiya, 2005).
Ketika masih berudu, alat pernapasannya adalah insang. Namun setelah dewasa, menggunakan paru-paru dan kulit. Pernapasan kulit dilakukan ketika kodok melakukan hibernasi. Hal ini dikarenakan pertukaran gas melalui kulit dengan cara difusi tidak perlu menggunakan energi yang banyak.
Pada kodok, oksigen berdifusi melalui kulit, dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karena tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karna kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi (Godknecht, 2004).
Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada anura pada umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan secara eksternal dilakukan di dalam perairan yang tenang dan dangkal.
Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena unik yang disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil menempel di punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar. Perilaku tersebut bermaksud untuk menekan tubuh betina agar mengeluarkan sel telurnya sehingga bisa dibuahi jantannya.
Amplexus bisa terjadi antara satu betina dengan 2 sampai 4 pejantan di bagian dorsalnya dan sering terjadi persaingan antar pejantan pada musim kawin. Siapa yang paling lama bertahan dengan amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya.
Amphibi berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun ada juga beberapa famili amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordo apoda. (Duellman and Trueb, 1986)

Rabu, 09 Mei 2012

Rumput laut



Rumput Laut adalah salah satu sumberdaya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Dalam bahasa Inggris, rumput laut diartikan sebagai seaweed. Sumberdaya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Rumput laut alam biasanya dapat hidup di atas substrat pasir dan karang mati. Beberapa daerah pantai di bagian selatan Jawa dan pantai barat Sumatera, rumput laut banyak ditemui hidup di atas karang-karang terjal yang melindungi pantai dari deburan ombak. Di pantai selatan Jawa Barat dan Banten misalnya, rumput laut dapat ditemui di sekitar pantai Santolo dan Sayang Heulang di Kabupaten Garut atau di daerah Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang. Sementara di daerah pantai barat Sumatera, rumput laut dapat ditemui di pesisir barat Provinsi Lampung sampai pesisir Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam.


Selain hidup bebas di alam, beberapa jenis rumput laut juga banyak dibudidayakan oleh sebagian masyarakat pesisir Indonesia. Contoh jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan diantaranya adalah Euchema cottonii dan Gracelaria sp. Beberapa daerah dan pulau di Indonesia yang masyarakat pesisirnya banyak melakukan usaha budidaya rumput laut ini diantaranya berada di wilayah pesisir Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi Kepulauan Riau, Pulau Lombok, Sulawesi, Maluku dan Papua.


sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Rumput_laut


Rumput laut merupakan salah satu komuditas budidaya laut yang dapat diandalkan, mudah dibudidayakan dan mempunyai prospek pasar yang baik serta dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat pantai. Rumput laut merupakan salah satu komuditas perdagangan internasional yang telah diekpor ke lebih dari 30 negara. Daerah penyebaran budidaya rumput laut di Provinsi Maluku tersebar di enam kabupaten yaitu Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku Tengah, Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat, dan Kepulauan Aru. Produksi rumput laut pada tahun 2005 di Provinsi Maluku sebesar 600,8 ton dengan nilai produksinya RP. 1.658.875.000, dengan frekwensi penanaman enam kali setahun. Hasil ini masih jauh dari yang diharapkan mengingat besarnya potensi usaha budidaya rumput laut.
Berdasarkan karakteristik daerah dan ketersediaan sumberdaya, maka diharapkan kawasan pengembangan sentra perikanan di Provinsi Maluku adalah :
1. Seram Bagian Barat : Teluk Kotania
2. Kepulauan Aru : Pulau Wamar
3. Maluku Tenggara : Kei Kecil
4. Maluku Tengah : Teluk Tuhaha (P. Saparua) dan (P. Nusalaut)
5. Maluku Tenggara Barat : Saumlaki


sumber: http://www.bkpmd-maluku.com/indonesia/index.php?option=com_content&task=view&id=104&Itemid=106






JENIS RUMPUT LAUT


Berikut adalah jenis-jenis rumput laut / alga. diantaranya alga merah, hijau, dan cokelat. dari setiap jenis alga ada beberapa pengelompokanya yaitu :


Daftar Jenis ALGA COKLAT:
Cystoseira sp. Sargassum crassifolium
Dictyopteris sp. Sargassum cristaefolium
Dictyota bartayresiana Lamouroux Sargassum duplicatum J.G. Agardh
Hormophysa cuneiformis Sargassum echinocarpum
Hormophysa triquetra (C. Agardh) Sargassum plagyophyllum (Mertens)
Hydroclathrus clatratus (C. Agardh) Sargassum polycystum
Oseng Turbinaria conoides (J. Agardh)
Padina australis Hauck Turbinaria decurens (Bory)
Sargassum binderi (Sonder) Turbinaria murayana
Sargassum cinereum J.G. Agardh Turbinaria ornata (Turner) J. Argadh


Daftar Jenis ALGA HIJAU:
Boergesenia Forbesii (Harvey) Halimeda borneensis
Bornetella nitida (Harvey) Halimeda copiosa
Caulerpa brachypus Harvey Halimeda cunneata Hering
Caulerpa cupressoides Halimeda cylindraceae Decaisne
Caulerpa fergusonii Muray Halimeda discoidea Decaisne
Caulerpa lentillifera J. Agardh Halimeda distorta
Caulerpa lessonii Bory Halimeda gracilis
Caulerpa racemosa (Fors) Halimeda laccunalis Taylor
Caulerpa racemosa v. clavivera Halimeda macroloba Decaisne
Caulerpa racemosa var lamouraouxii Halimeda macrophysa Askenasy
Caulerpa racemosa var macrophysa Halimeda micronesica Yamada
Caulerpa racemosa var Occidentalis Halimeda minima (W.R. Taylor)
Caulerpa racemosa var uvifera Halimeda opuntia (Linnaeus)
Caulerpa racemosa var. turbinata Halimeda renschii Hauck
Caulerpa serrulata Halimeda simulans Howe
Caulerpa sertulariodes Halimeda tuna (Ellis and Solander) Lam.
Caulerpa sp. Neomeris annulata Dickie
Caulerpa taxifolia Tydemania Expeditions Weber van Bosse
Chaetomorpha antennina Udotea argentea Zanardini
Chaetomorpha crassa Udotea flabellum (Ellis and Solander)
Codium decorticatum Ulva fasciata Delile
Codium edule silva Ulva lactuca Linnaeus
Codium geppii schmitt Ulva pertusa Kjellman
Codium guinense Silva Ulva reticulata Forsskal
Codium harveyi Silva Ulva sp.
Dictyosphaeria cavernosa Valonia ventricosa J. Agardh


Daftar Jenis ALGA MERAH:
Acanthophora muscoides Gracilaria foliifera (Forsskal) Boergese
Acantophora specifera Gracilaria gigas Harvey
Actinotrichia fragilis (Forsskal) Gracilaria salicornia
Amphiora peruana Gracilaria salicornia (C. Agardh) Dawson
Amphiroa beauvoisii Lamouroux Gracilaria verrucosa
Amphiroa rigida Halymenia durvillaei
Amphiroa sp. Halymenia harveyana J. Agardh
Ceratodityon variabilis Hypnea asperi Bory
Chondrococcus hornemannii Hypnea cervicornis J. Agardh.
Corallina sp. Hypnea cornuta
Eucheuma denticulatum Jania adherens
Eucheuma edule Kappaphycus alvarezii (Doty)
Eucheuma edule Koetzing Kappaphycus cottonii
Eucheuma serra J. Agardh Kappaphycus striatum
Galaxaura filamentosa Chou Laurencia elata
Galaxaura Kjellmanii Weber van Bosse Laurencia intricata Lamouroux
Galaxaura rugosa (Solander) Lamouroux Laurencia nidifica J. Agardh.
Galaxaura subfruticulosa Chou. Laurencia obtusa (Hudson) Lamouroux
Galaxaura subvefficillata Kjellman Laurencia poitei
Galaxaura vietnamensis Dawson Liagora divaricata Tseng
Gelidium latifolium Porphyglossum zolingerii
Gelidium Sp Porphyra sp.
Gigartina affinis Harvey Porphyra sp. fase conchocelis
Gracilaria arcuata Zanardini Portieria hornemanii
Gracilaria coronopifolia J. Agardh. Rhodimenia sp.
Gracilaria eucheumioides Harvey Rhodymenia palmata (Linnaeus) Greville
Gracilaria foliifera (Forsskal) Boergese Titanophora pulchra Dawson


sumber: http://www.iptek .net .id/ind/pd_alga/?mnu=2




Manfaat Rumput Laut


Manfaat rumput laut berdasarkan penelitian tercatat 22 jenis telah dimanfaatkan sebagai makanan. Diwilayah perairan Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Pulau Seram, Bali, Lombok, Kepulauan Riau dan Pulau Seribu diketahui 18 jenis dimanfaatkan sebagai makanan dan 56 jenis sebagai makanan dan obat tradisional oleh masyarakat pesisir.


Dari hasil studi tercatat sebanyak 61 jenis dari 27 rumput laut di Kepulauan Riau, Pantai Lampung, Pulau Jawa, Madura, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan beberapa di Kepulauan Maluku sudah terbiasa dijadikan makanan. Jumlah tersebut didominasi oleh 38 jenis dari 17 ganggang merah, 15 jenis dari 5 ganggang hijau dan 8 jenis dari 5 ganggang cokelat. Dari 21 jenis telah dimanfaatkan sebagai obat.


Indonesia dikenal negara yang subur dan kaya akan sumber daya alam. Sebagai negara dengan luas wilayah laut lebih dari 70 %, salah satu kekayaan alam yang bisa kita manfaatkan adalah sumber hayati. Selain ikan, alternatif hasil laut yang bisa diolah adalah rumput laut.


Rumput laut termasuk dalam anggota alga (tumbuhan memiliki klorofil atau zat hijau daun). Tumbuhan yang hidup diperairan dangkal dan menempel pada karang yang mati ini dibagi kedalam 4 kelas besar, yaitu Rhodophyceae (alga merah), Phaeophyceae (alga cokelat), Chlorophyceae (alga hijau), dan Cyanophyceae (alga biru hijau).


Rumput laut banyak digunakan sebagai bahan baku industri. Contohnya yaitu alga cokelat, yang digunakan untuk bahan baku es krim, pengolahan tekstil, pabrik farmasi, semir sepatu, dan pabrik cat. Alga merah untuk bahan baku industri makanan, farmasi, penyamakan kulit, dan pembuatan bir.


Selain itu, rumput laut dapat juga digunakan sebagai bahan untuk pupuk tanaman, campuran makanan ternak, dan juga bahan baku kosmetika.


Rumput laut diketahui kaya akan nutrisi esensial, seperti enzim, asam nukleat, asam amino, mineral, trace elements, dan vitamin A,B,C,D,E dan K. Karena kandungan gizinya yang tinggi, rumput laut mampu meningkatkan sistem kerja hormonal, limfatik, dan juga saraf. Selain itu, rumput laut juga bisa meningkatkan fungsi pertahanan tubuh, memperbaiki sistem kerja jantung dan peredaran darah, serta sistem pencernaan.


Rumput laut dikenal juga sebagai obat tradisional untuk batuk, asma, bronkhitis, TBC, cacingan, sakit perut, demam, rematik, bahkan dipercaya dapat meningkatkan daya seksual. Kandungan yodiumnya diperlukan tubuh untuk mencegah penyakit gondok.


Di Cina, rumput laut juga biasa digunakan untuk pengobatan kanker. Tingginya tingkat konsumsi rumput laut mungkin berhubungan dengan rendahnya insiden kanker payudara pada wanita di negara tersebut. Mungkin hal itu disebabkan oleh kandungan klorofil rumput laut yang bersifat antikarsinogenik. Selain itu, karena kandungan vitamin C dan antioksidannya yang dapat melawan radikal bebas, rumput laut bermanfaat untuk memperpanjang usia dan mencegah terjadinya penuaan dini.


Semua rumut laut kaya akan kandungan serat yang dapat mencegah kanker usus besar. Serat dapat melancarkan pencernaan dengan membentuk zat seperti gelatin dalam usus halus dan meningkatkan kadar air dalam fases. Konsumsi serat dapat membantu metabolisme lemak sehingga menurunkan kadar kolestrol darah dan gula darah. Rumput laut juga membantu pengobatan tukak lambung, radang usus besar, susah buang air besar, dan gangguan pencernaan lainnya.


Pemanfaatan Rumput Laut Secara Umum adalah :


1. Makanan dan susu (Ice cream, yoghurt, waper krim, cokelat susu, pudding instant)
2. Minuman (Minuman ringan, jus buah, bir)
3. Roti
4. Permen
5. Daging ikan dalam kaleng
6. Saus, salad dressing, kecap
7. Makanan diet (Jelly, jam, sirup, puding)
8. Makanan bayi
9. Non pangan (Makanan hewan, makanan ikan, cat, keramik, tekstil, kertas)
10. Farmasi dan koxsmetik (Pasta gigi, shampoo, obat tablet, bahan cetak gigi, obat salep)


sumber: http://abumie.wordpress.com/2007/06/28/rumput-laut-kaya-serat-penuh-manfaat/

Selasa, 08 Mei 2012

Dasar Teori Jembatan Wheatstone


  1. Hambatan listrik digunakan untuk mengatur besarnya arus listrik dalam suatu rangkaian. Jika hambatan listrik dilalui arus listrik akan terjadi perubahan energi listrik menjadi energi kalor, dan hal ini merupakan prinsip kerja, misalkan kompor dan setrika listrik.
Hambatan listrik dari suatu pengantar (konduktor) adalah perbandingan dari beda potensial antara ujung konduktor dengan arus listrik yang melaluinya. Oleh karena itu salah satu cara untuk mengukur besar hambatan listrik dari konduktor adalah mengukur beda potensial dari ujung-ujungnya dengan voltmeter dan juga mengukur arus listrik yang melaluinya dengan amperemeter.
Untuk pengukuran hambatan listrik dengan voltmeter dan amperemeter dapat digunakan rangkaian- rangkaian seperti pada gambar 1a atau gambar 1b.
gambar1a
gambar1b
Pada gambar 1a amperemeter A mengukur arus iR yang melalui hambatan R, tetapi voltmeter V menunjukkan pembacaan beda potensial Vac dan bukan beda potensial Vbc yaitu beda potensial yang sebenarnya dari ujung-ujung hambatan R.
Cara pengukuran hambatan R dengan rangkaian gambar 1a hanya akan memberikan nilai R yang sebenarnya yaitu perbandingan dari Vac dan iR jika hambatan dalam dari amperemeter RA sama dengan nol.
Jika, RA 0 yang diperoleh dari hasil bagi Vac dan iR harus dikoreksi.
Pada rangkaian gambar 1b voltmeter V menunjukkan pembacaan beda potensialVab dari ujung-ujung R, tetapi amperemeter A menunjukkan pembacaan arus i dimana i = iR + iV yaitu ir arus yang melalui R dan iV arus yang melalui voltmeter V. Nilai R yang sebenarnya adalah Vab dibagi dengan iR tetapi karena yang ditunjukkan oleh amperemeter ialah i, nilai R yang diperoleh dari pembacaan pada voltmeter V dan amperemeter A harus dikoreksi untuk memperoleh nilai R yang sebenarnya.
  1. Cara lain untuk mengukur besar hambatan listrik yang belum diketahui ialah metoda "Jembatan Wheatstone". Mengukur besarnya hambatan listrik yang belum diketahui dengan metoda "Jembatan Wheatstone" pada dasarnya ialah membandingkan besar hambatan yang belum diketahui dengan besar hambatan listrik yang sudah diketahui nilainya. Gambar 2 menunjukkan prinsip dari rangkaian listrik Jembatan Wheatstone.
gambar2
Keterangan :
E : sumber tegangan listrik searah.
S : penghubung arus.
G : galvanometer.
RG : hambatan geser (rheo stat).
R1 dan R2 : hambatan listrik yang diketahui nilainya.
Rb : bangku hambatan.
X : hambatan yang akan ditentukan nilainya.
Setelah S ditutup, dalam rangkaian akan ada arus listrik. Jika jarum dari galvanometer G mengalami penyimpangan berarti ada arus listrik yang melalui galvanometer G, berarti juga antara titik C dan titik D ada beda potensial.
Dengan mengubah-ubah besarnya hambatanRb, R1 dan juga R2, dapat diusahakan sehingga galvanometer G tidak dilalui arus lagi, yang berarti potensial titik C dan titik D sama. Karena itu arus yang melalui R1 dan R2 sama, misalnya i1. Demikian juga arus yang melalui Rb dan X sama misalnya i2.
Dengan menggunakan hukum Ohm, dapat diperoleh nilai dari X yang dinyatakan dengan R1, R2 dan Rb sebagai berikut :
rumus1
Untuk menyederhanakan rangkaian dan mempermudah pengukuran hambatan R1dan hambatan R2 antara A dan B dapat digantikan dengan kawat lurus yang serba sama dan panjangnya L.
Untuk menambah ketelitian pengukuran pada rangkaian dapat ditambahkan komutator K yang dapat digunakan untuk membalikkan arah arus dalam rangkaian. Pada kawat hambatan dapat digeser-geserkan kontak geser C untuk mengubah-ubah besarnya hambatan RAC dan RCB.
gambar3
Dengan mengeser-geserkan kontak geser C pada kawat hambatan AB atau dengan mengubah-ubah Rb, dapat dicapai keadaan hingga potensial titik C sama dengan potensial titik D, yang dalam hal ini ditunjukkan oleh tidak menyimpangnya jarum dari galvanometer G. Jika hal ini telah dicapai, maka X dapat dinyatakan dengan persamaan :
rumus2
Dengan mengukur panjang L1 (panjang kawat AC) dan L2 = L - L1 (panjang kawat CB) maka jika R telah diketahui besarnya hambatan X dapat dihitung dengan persamaan (2)


  1. Hambatan listrik digunakan untuk mengatur besarnya arus listrik dalam suatu rangkaian. Jika hambatan listrik dilalui arus listrik akan terjadi perubahan energi listrik menjadi energi kalor, dan hal ini merupakan prinsip kerja, misalkan kompor dan setrika listrik.
Hambatan listrik dari suatu pengantar (konduktor) adalah perbandingan dari beda potensial antara ujung konduktor dengan arus listrik yang melaluinya. Oleh karena itu salah satu cara untuk mengukur besar hambatan listrik dari konduktor adalah mengukur beda potensial dari ujung-ujungnya dengan voltmeter dan juga mengukur arus listrik yang melaluinya dengan amperemeter.
Untuk pengukuran hambatan listrik dengan voltmeter dan amperemeter dapat digunakan rangkaian- rangkaian seperti pada gambar 1a atau gambar 1b.
gambar1a
gambar1b
Pada gambar 1a amperemeter A mengukur arus iR yang melalui hambatan R, tetapi voltmeter V menunjukkan pembacaan beda potensial Vac dan bukan beda potensial Vbc yaitu beda potensial yang sebenarnya dari ujung-ujung hambatan R.
Cara pengukuran hambatan R dengan rangkaian gambar 1a hanya akan memberikan nilai R yang sebenarnya yaitu perbandingan dari Vac dan iR jika hambatan dalam dari amperemeter RA sama dengan nol.
Jika, RA 0 yang diperoleh dari hasil bagi Vac dan iR harus dikoreksi.
Pada rangkaian gambar 1b voltmeter V menunjukkan pembacaan beda potensialVab dari ujung-ujung R, tetapi amperemeter A menunjukkan pembacaan arus i dimana i = iR + iV yaitu ir arus yang melalui R dan iV arus yang melalui voltmeter V. Nilai R yang sebenarnya adalah Vab dibagi dengan iR tetapi karena yang ditunjukkan oleh amperemeter ialah i, nilai R yang diperoleh dari pembacaan pada voltmeter V dan amperemeter A harus dikoreksi untuk memperoleh nilai R yang sebenarnya.
  1. Cara lain untuk mengukur besar hambatan listrik yang belum diketahui ialah metoda "Jembatan Wheatstone". Mengukur besarnya hambatan listrik yang belum diketahui dengan metoda "Jembatan Wheatstone" pada dasarnya ialah membandingkan besar hambatan yang belum diketahui dengan besar hambatan listrik yang sudah diketahui nilainya. Gambar 2 menunjukkan prinsip dari rangkaian listrik Jembatan Wheatstone.
gambar2
Keterangan :
E : sumber tegangan listrik searah.
S : penghubung arus.
G : galvanometer.
RG : hambatan geser (rheo stat).
R1 dan R2 : hambatan listrik yang diketahui nilainya.
Rb : bangku hambatan.
X : hambatan yang akan ditentukan nilainya.
Setelah S ditutup, dalam rangkaian akan ada arus listrik. Jika jarum dari galvanometer G mengalami penyimpangan berarti ada arus listrik yang melalui galvanometer G, berarti juga antara titik C dan titik D ada beda potensial.
Dengan mengubah-ubah besarnya hambatanRb, R1 dan juga R2, dapat diusahakan sehingga galvanometer G tidak dilalui arus lagi, yang berarti potensial titik C dan titik D sama. Karena itu arus yang melalui R1 dan R2 sama, misalnya i1. Demikian juga arus yang melalui Rb dan X sama misalnya i2.
Dengan menggunakan hukum Ohm, dapat diperoleh nilai dari X yang dinyatakan dengan R1, R2 dan Rb sebagai berikut :
rumus1
Untuk menyederhanakan rangkaian dan mempermudah pengukuran hambatan R1dan hambatan R2 antara A dan B dapat digantikan dengan kawat lurus yang serba sama dan panjangnya L.
Untuk menambah ketelitian pengukuran pada rangkaian dapat ditambahkan komutator K yang dapat digunakan untuk membalikkan arah arus dalam rangkaian. Pada kawat hambatan dapat digeser-geserkan kontak geser C untuk mengubah-ubah besarnya hambatan RAC dan RCB.
gambar3
Dengan mengeser-geserkan kontak geser C pada kawat hambatan AB atau dengan mengubah-ubah Rb, dapat dicapai keadaan hingga potensial titik C sama dengan potensial titik D, yang dalam hal ini ditunjukkan oleh tidak menyimpangnya jarum dari galvanometer G. Jika hal ini telah dicapai, maka X dapat dinyatakan dengan persamaan :
rumus2
Dengan mengukur panjang L1 (panjang kawat AC) dan L2 = L - L1 (panjang kawat CB) maka jika R telah diketahui besarnya hambatan X dapat dihitung dengan persamaan (2)


Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites