Tampilkan postingan dengan label MAKALAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MAKALAH. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 15 Desember 2012

LAPORAN PRAKTIKUM BUAH


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Balakang
Dalam pandangan botani, buah adalah organ pada tumbuhan berbunga. Pada banyak species tumbuhan, yang disebut buah mencakup bakal buah yang telah berkembang lanjut beserta dengan jaringan yang mengelilinginya. Bagi tumbuhan berbunga, buah adalah alat untuk menyebar luaskan biji-bijinya; adanya biji di dalam dapat mengindikasikan bahwa organ tersebut adalah buah, meski ada pula biji yang tidak berasal dari buah. Dalam batasan tersebut, variasi buah bisa sangat besar, mencakup buah mangga, buah apel, buah tomat, cabai, dan lain-lain. Namun juga bulir (kariopsis) padi, 'biji' (juga merupakan bulir!) jagung, 'biji' bunga-matahari, 'biji' lada, atau polong kacang tanah. Sementara, dengan batasan ini, buah jambu monyet atau buah nangka tidak termasuk buah sejati.
Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan melindungi biji. Aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan. Pengertian buah dalam lingkup pertanian (hortikultura) atau pangan adalah lebih luas daripada pengertian buah di atas. Karena buah dalam pengertian ini tidak terbatas yang terbentuk dari bakal buah, melainkan dapat pula berasal dari perkembangan organ yang lain. Karena itu, untuk membedakannya, buah yang sesuai menurut pengertian botani biasa disebut buah sejati. Buah seringkali memiliki nilai ekonomi sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri karena di dalamnya disimpan berbagai macam produk metabolisme tumbuhan, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, alkaloid, hingga terpena dan terpenoid. Ilmu yang mempelajari segala hal tentang buah dinamakan pomologi (Ashari, 2004).
1.2 Tujuan
Adapun tujan dari praktikum ini adalah untuk mengenal bagian-bagian buah dan bagian biji.

Sabtu, 27 Oktober 2012

Agama dan sains "Phoenix dactylifera (Kurma)"



                          
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
                     Sub Kelas: Arecidae
                         Ordo: Arecales
                             Famili:
Arecaceae (suku pinang-pinangan)
                                 Genus: Phoenix
                                     Spesies: Phoenix dactylifera L.
            Kurma merupakan pohon yang sangat terkenal tidak hanya di negara asalnya, tetapi hampir di seluruh dunia. Pohon kurma ada bermacam-macam , salah satu nama ilmiahnya adalah phoenix dactylifera ini digolongkan dalam famili Palmae, genus Phoenix, dan spesies Phoenix dactylifera.
            Tanaman ini merupakan tanaman yang suka iklim yang panas, sehingga habitat yang paling sesuai dengan pohon kurma adalah daerah padang pasir. Namun demikian, pohon kurma juga dapat tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia walaupun tidak dapat menghasilkan buah sebaik di daerah yang beriklim panas seperti Timur Tengah dan Afrika.

Baca selengkapnya

Sabtu, 02 Juni 2012

JARINGAN PARENKIM


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Parenkim merupakan bagian utama system jaringan dasar dan terdapat pula pada berbagai organ sebagai jaringan yang bersinambungan seperti pada korteks dan empulur batang, korteks akar, jaringan dasar pada tangkai daun, mesofil daun, bagian buah yang berdaging, serta juga terdapat floem dan xylem. Pada tubuh primer, parenkim berkembang dari meristem dasar. Dismping itu ada pula parenkim yang menjadi bagian dari jaringan pembuluh berkembang dan berkembang dari prokambium, pada tubuh sekunder parenkim berkembang dari cambium pembuluh serta cambium gabus (felogen).
Parenkim terdiri dari sel hidup yang bermacam-macam bentuk sesuai dengan fungsi yang berbeda-beda pula. Parenkim umumnya berupa jaringan yang selnya tidak banyak menunjukkan spesialisasi dan dapat terlibat dalam berbagai fungsi fisiologi tumbuhan. Karena merupakan sel hidup, sel parenkim dapat membelah meskipun telah membelah dan menjadi dewasa sehingga dapat  berfungsi sebagi jaringan meristematik. Sebab itu, sel parenkim berperan penting dalam penyembuuhan luka generasi.
Anatomi daun terdiri dari epidermis atas dan epidermis bawah, mesofil sudah terdiferensiasi menjadi parenkim palisade dan parenkim spons (tipe daun dorsiventral).

1.2  Rumusan masalah
1.      Bagaimana cara mengamati dan menggambar berbagai macam bentuk jaringan parenkim menurut bentuk jaringan parenkim dan fungsinya?
2.      Bagaimana mengidentifikasikan zat penyusun penebalan dinding sel parenkim?
3.      Bagaimna mengamati letak parenkim pada organ tubuh?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengamati dan menggambar berbagai macam bentuk jaringan parenkim menurut bentuk jaringan parenkim dan fungsinya.
2.      Untuk mengidentifikasikan zat penyusun penebalan dinding sel parenkim.
3.      Untuk mengamati letak parenkim pada organ tubuh.

Jumat, 11 Mei 2012

PEMBAHASAN PRAKTIKUM KODOK


          Tubuh kodok terdiri dari kepala (caput) dan badan (truncus) tanpa ekor. Pada kepala terdapat mata yang terdiri atas bola mata (bulbus oculi), membrane nictitans, serta palpebra superior dan anterior. Selain itu juga memiliki hidung dan mulut. Hidung pada kodok disebut nostril, yang terletak di tengah atas mata. Bagian-bagian mulut yaitu premaxila, maxilla, dan mandibula. Kodok mempunyai lidah, namun tidak memiliki gigi seperti katak. Mulut kodok juga dilengkapi dengan glottis. Anggota extrimitas depan yaitu tangan yang lebih pendek daripada kaki, bagian-bagiannya yaitu branchium, antebranchium (radius ulna), manus (tangan), digit (falang) yang sebenarnya berjumlah 5, namun satu mengalami rudimentasi. Anggota extrimitas belakang yaitu kaki, bagian-bagiannya yaitu femur, crus, passive pedes, dan digit berjumlah 6 namun satu mengalami rudimentasi.
       Kodok bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak bungkuk. Tubuh kodok menunjukkan keadaan yang serupa dengan anggota yang lain dalam ordonya yaitu memiliki batas antara caput dan truncus  yang tidak jelas. Caput berbentuk tumpul, tanpa rostrum yang menonjol, pada dataran rostrumnya terdapat sepasang lubang hidung yang kecil. Dibagian apex caput terdapat  sepasang mata yang berukuran besar dan menonjol  yang masing-masing memiliki  (Radiopoetro, 1996):
1.     Palpebra superior yaitu lipatan kulit tebal pada tepi atas.
2.Palpebra inferior yaitu berupa lipatan kulit tebal pada tepi bawah.
3. Membrane nictitans yaitu berupa lipatan kulit yang transparan terletak   pada tepi bawah mata.
Extremitas merupakan alat gerak pada kodok, yaitu sepasang tangan dan kaki. Bagian-bagian tangan yaitu humerus, radius-ulna, karpal, metakarpal, dan falang. Pengamatan tangan kodok menuunjukkan bahwa kodok memiliki 4 jari karena satu jari yaitu ibu jari mengalami rudimentasi. Bagian-bagian dari kaki kodok yaitu femur, tibia-fibula, tarsal, metatarsal, dan falang. Jumlah jari pada kaki sebanyak 5, karena satu jari mengalami rudimentasi.
Kaki kodok terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang kaki belakang. Kaki depan terdiri atas  lengan atas (bracium), lengan bawah (antebrancium), tangan (manus), dan jari-jari (digiti). Pada kaki belakang terdiri atas paha (femur), betis (crus), kaki (pes) dan jari-jari (digiti) (Radiopoetro, 1996).
Secara umum kodok jumlah jari tungkai depan biasanya empat jari dan  tungkai belakang lima jari. Pada tungkai belakang memanjang yang berpotensi  untuk melompat. Kadang-kadang dijumpai jari tambahan sebagai prehaluk pada sisi ventral kaki. Prehaluk  ini pada Spadefoot (katak penggali tanah)  berupa tulang -tulang keras yang digunakan untuk menggali tanah sebagai tempat bersembunyi (Radiopoetro, 1996).
Berdasarkan hasil pengamatan ketika praktikum diketahui bahwa kulit kodok tidak mulus karena banyak kutil. Selain itu warnanya juga tidak terlalu cerah seperti katak. Banyaknya kutil menunjukan bahwa kelenjar racun pada kodok lebih berbahaya dari katak. Pada kulit bagian dermis terdapat kelenjar mucus yang ukurannya kecil namun jumlahnya banyak berfungsi untuk mensekresikan mukus.
Hasil pengamatan tersebut sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kodok umumnya berkulit kasar. Kulit Amphibi berperan penting dalam respirasi dan proteksi. Kulit terjaga kelembapanya dengan adanya kelenjar mukosa, bahkan pada spesies yang hidup di air, mukus memberikan minyak pelumas bagi tubuh. Sebagian besar Amphibi memiliki kelenjar granular dan kelenjar mukus. Keduanya mirip dalam beberapa hal antara lain, kelenjar glanular memproduksi zat abnoxius (menjijikkan) atau racun untuk melindungi diri dari musuh. Racun yang terdapat pada Amphibi bervariasi (Sukiya, 2005).
Pergantian kulit pada Amphibi terjadi secara periodik. Proses ini berlangsung dibawah kontrol hormon. Lapisan luar kulit tidak hanya satu bagian, tetapi dalam fragmen meskipun tungkai biasanya utuh  dan mengelupas bersamaan (Sukiya, 2005).
Warna tubuh pada amphibi beraneka ragam. Kodok sawah kulitnya berwarna coklat dan pada punggungya terdapat warna hijau. Warna tubuh pada amphibi disebabkan oleh pigmen atau secara struktural atau juga dihasilkan dari keduanya. Pigmen pada Amphibi terletak pada kromatofora (di dalam kulit). Sel-sel pigmen ini biasanya dinamakan menurut jenis pigmen yang dikandung. Melanofora mengandung pigmen coklat, dan hitam, sedangkan lipafora mengandung pigmen merah, kuning dan orange. Amphibi juga memiliki sel-sel pigmen yang disebut guanafora, semacam iridosit pada ikan, mengandung kristal guanine yang dapat memproduksi iridesen atau efek putih terang (Sukiya, 2005).
Pengamatan menunjukkan bahwa mulut kodok tidak memiliki gigi yang membantu proses pencernaan mekaniknya. Tetapi kodok memiliki lidah yang membantunya dalam proses mendapatkan makanan. Organ-organ pencernaannya meliputi lambung, usus, hati, limpha, usus besar, dan kloaka.
Pada katak di dalam mulut terdapat banyak gigi-gigi kecil disepanjang rahang atas, dan ada gigi vomerin pada langit-langit mulut. Lidah berotot, biofurkat (cabang dua) pada ujungnya, dan bertaut pada bagian anterior mulut (Brotowidjoyo,1989). Lidah katak berfungsi untuk menangkap mangsa. Sebagian besar Amphibi  mempunyai lidah yang dapat dijulurkan keluar seperti pada katak dan kodok, kemudian lidah digulung kebelakang jika tidak digunakan (Sukiya, 2005).
Alat pencernaan makanan diawali oleh cavum oris yang diakhiri oleh anus. Mangsa yang berupa hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan dibasahi oleh air liur. Katak sedikit mempunyai kelenjar ludah. Dari cavum oris makanan akan melewati pharynx, oesophagus yang menghasilkan sekresi alkalin (basis) dan mendorong makanan masuk dalam ventriculus yang besar, ventriculus yang besar itu disebut cardiac ,sedangkan bagian posterior mengecil dan berakhir dengan pyloris. Kontraksi dinding otot ventriculus dapat meremas makanan sampai menjadi hancur dan dicampur dengan sekresi ventriculus yang mengandung enzim atau fermen, yang merupakan katalisator (Jasin,1984).
Berdasarkan hasil pengamatan, organ-organ yang membantu kodok dalam system ekskresi yaitu hati, ginjal, usus besar, uretra, kloaka. Menurut Jasin (1984) sistem ekskresi sebagai system pembuangan zat-zat yang tidak berguna dilakukan oleh kulit, paru-paru dan beberapa zat yang tidak berguna dilepaskan oleh hati berupa empedu dan yang terpenting dilakukan oleh ren. Ren yang berbentuk bulat panjang, berwarna coklat terpisah dari coelom dibawah vertebrae. Pemisah ini disebut retroperitoneal. Ren merupakan alat filter selektif untuk membuang sisa-sisa zat organis dan garam-garam mineral dari pembuluh darah.
Proses filtrasi terjadi pada capsula renalis. Sebuah kapsula renalis terdiri atas: pembuluh darah kecil yang berlekuk-lekuk yang disebut glomerulus, Dinding ganda yang berbentuk mangkokan yang yang disebut capsul bowman, Tubulus uriniferus yang merupakan pembuluh lanjutan darah arteri, Tubukus itu akan menyalurkan isinya pada pembuluh pengumpul yang disebut ductus Wolfian atau urether, yang merupakan yang merupakan pembuluh sepanjang dorsal menuju ke vesica urinaria sebagai penyimpan sementara. Akhirnya urin sebagai bahan sampah dibuang ke kloaka dan selanjutkan dikeluarkan dari tubuh (Jasin,1984).
Jantung amphibi imemiliki 3 ruang yaitu 2 atrium dan satu ventrikel. Darah yang mengalir di tubuh kodok adalah darah campuran, yaitu yang mengandung oksigen dan carbondioxida. Sistem sirkulasi merupakan system sirkulasi tertutup karena memiliki pembuluh darah.
Ampibi mempunyai problem untuk mengisi jantung yang menerina darah  oksigen dari paru-paru dan darah deoksi yang tidak mengandung oksigen dari tubuh (tapi hanya sebagian). Untuk mencegah banyaknya percampuran dua jenis darah tersebut, bahwa ampibi tidak mengembangkan kearah sistem sirkulasi transisional. Jantung mempunyai sekat interatrial, kantong ventrikuler, dan pembagian konus arteriosus dalam pembuluh sistemik dan pembuluh pulmonari. Darah dari tubuh masuk ke atrium kanan dari sinus vensus kemudian masuk ke sisi  kanan ventrikel, kemudian dipompa ke paru-paru (Sukiya, 2005).
Kebanyakan pada Amphibi pasangan arkus aorta pertama, kedua dan kelima hilang. Arkus aorta ketiga pada sisi dasar carotid internal, dan arkus aorta ke empat merupakan system arkus yang menuju ke posterior berupa dorsal aorta. Bagian proksimal dari pasangan keenam arkus aorta cabang dari arteri pulmokutaneus, membawa darah ke paru-paru dan kulit di mana aersi terjadi (Sukiya, 2005).
Ketika masih berudu, alat pernapasannya adalah insang. Namun setelah dewasa, menggunakan paru-paru dan kulit. Pernapasan kulit dilakukan ketika kodok melakukan hibernasi. Hal ini dikarenakan pertukaran gas melalui kulit dengan cara difusi tidak perlu menggunakan energi yang banyak.
Pada kodok, oksigen berdifusi melalui kulit, dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karena tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karna kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi (Godknecht, 2004).
Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada anura pada umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan secara eksternal dilakukan di dalam perairan yang tenang dan dangkal.
Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena unik yang disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil menempel di punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar. Perilaku tersebut bermaksud untuk menekan tubuh betina agar mengeluarkan sel telurnya sehingga bisa dibuahi jantannya.
Amplexus bisa terjadi antara satu betina dengan 2 sampai 4 pejantan di bagian dorsalnya dan sering terjadi persaingan antar pejantan pada musim kawin. Siapa yang paling lama bertahan dengan amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya.
Amphibi berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun ada juga beberapa famili amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordo apoda. (Duellman and Trueb, 1986)

Senin, 07 Mei 2012

JARINGAN TULANG RAWAN


STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
JARINGAN TULANG RAWAN


Logo_UIN_Maulana_Malik_Ibrahim_Malang

Dosen Pengampu:
Dr. Hj. BAYYINATUL MUCHTARROMAH, drh, M.Si
Disusun oleh:
Nama  :  FARHAN AFRIANSYAH               
NIM     :  10620099
Kelas   :  BIOLOGI C


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2011



BAB I
PENDAHULUAN

1.      PENGERTIAN

Tulang rawan adalah bentuk jaringan ikat khusus sel yang terdiri atas sel-sel, disebut kondrosit, tersebar berjauhan dalam matriks ekstraksel mirip-jel padat. Jaringan ini tidak diterobos saraf atau pembuluh darah. Sel-selnya, terisolasi dalam rongga kecil atau lakuna, mendapat makanan dari fase air dari matriks dari kapiler dalam jaringan sekitar tulang rawan, sifat viskoelatis dari ekstraksel memberi tulang rawan kekuatan dan kekenyalan yang luar biasa. Ia sanggup bertumbuh cepat dan tetap mempertahankan kekakuannya, suatu sifat sangat cocok bagi embrio yang sedang berkembang. Sebagian besar kerangka aksial dan apendikular pada awalnya dibentuk dari tulang rawan dan kemudian diganti dengan tulang (Fawcett;163).

Tulang rawan agak terbatas keberadaanya dalam kehidupan pasca-lahir, namun tetap berperan penting  dalam pertumbuhan penting tulang panjang ekstermitas. Bila tinggi dewasa telah tercapai, model tulang rawan dari tulang telah seluruhnya diganti oleh jaringan tulang kecuali lapisan yang bertahan seumur hidup pada permukaan sambungan dengan tulang yang lain(Fawcett;163).

Jaringan penunjang yang liat dan lentur. Bahan dasar dan kandung terdiri dari bahan kental bening, mengandung glikosaminoglikans, yakni kompleks protein khondromukoid, asam khondroin sulfat, dan hialuronat (Yatim;45).

Guna:            1. Rangka tubuh awal (embrio)
2. menunjang jaringan lunak serta alat dalam
3. melincirkan permukaan tulang pada sendi
4. membina pertumbuhan tulang

Serat-serat yang terdiri dari kolagen mengadakan perjanjian dengan glikosaminoglikans itu. Selnya disebut khondrosit (dari: chondro = tulang rawan; dan cytos = sel). Sel ini berada dalam lacuna (celah), dalam kandung yang menebal disebut kapsul. Khondrosit, di pinggiran berbentuk elips, makin ke dalam makin jadi bundar dan berkemlompok. Kelompok ini pada beberapa macam tulang rawan membentuk barisan berbanjar, tegak lurus ke permukaan jaringan (Yatim;46).

Waktu muda sel ini gepeng, setelah dewasa jadi bundar dan berhipertrofit. Banyak tonjolan. Secara ultrastruktur tampak khondrosit adalah penggetah protein: banyak REK dan alat Golgi besar. YAng dihasilkan ialah bahan kandung, yakni glikosaminoglikans (Yatim;46).




Selaput tulang rawan, terdiri dari jaringan pengikat rapat. Kaya dengan serat kolagen. Sel-selnya  mirip fibroblast, yang dikira akan berdiferensiasi jadi khondroblast (sel induk tulang rawan). Khondroblast tumbuh menjadi khondrosit (Yatim;48).

2.      MACAM-MACAM

Dapat dibedakan tiga jenis tulang rawan hialin, elastic, dan fibrokartilago, berdasarkan jumlah metrics ekstrasel dan jumlah relative serat kolagen dan elastin dalam matriks. Tulang rawan hialin adalah bentuk yang paling banyak dijumpai, dan yang lain dianggap sebagai varian dari struktur dasarnya (Fawcett;163).

A.      TULANG RAWAN HIALIN
Tulang rawan hialin: bening kebiruan seperti kaca



























DAFTAR PUSTAKA


Fawcett, Don W. 2001. Buku Ajar Histologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Yatim, Wildan. 1996. Histology. Bandung: PT. TARSITO

Minggu, 06 Mei 2012

LAPORAN
IDENTIFIKASI TUMBUHAN PAKU DI CANGAR 
Disusun untuk memenuhi tugas Taksonomi Tumbuhan Tinggi
Dosen Pengampu: Sulisetijono, M.Si
                                            Ainun Nikmati Laili, M.Si

Disusun Oleh:

      FARHAN AFRIANSYAH
   




JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI  MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
APRIL 2012







KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah atas limpahan Rahmat,  Taufiq,  serta Hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan  laporanan identifikasi tumbuhan paku di cangar.
Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah banyak memberikan  informasi kepada penulis, sehingga terselesaikanlah laporan ini.
Dalam penulisan ini penulis yakin bahwa pastibanyak kekurangan dan kesalahan, sehingga penulis memohon saran dan kritik dari para pembaca demi kebaikan pada penulisan berikutnya. Dan akhirnya, semoga makalah ini brmanfaat khususnya penulis dan umumnya bagi pembaca.








                                Malang,      12   Maret 2012
                                Penulis

baca selengkapnya:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites