Tubuh
kodok terdiri dari kepala (caput) dan badan (truncus) tanpa ekor. Pada kepala
terdapat mata yang terdiri atas bola mata (bulbus oculi), membrane nictitans,
serta palpebra superior dan anterior. Selain itu juga memiliki hidung dan
mulut. Hidung pada kodok disebut nostril, yang terletak di tengah atas mata.
Bagian-bagian mulut yaitu premaxila, maxilla, dan mandibula. Kodok mempunyai
lidah, namun tidak memiliki gigi seperti katak. Mulut kodok juga dilengkapi
dengan glottis. Anggota extrimitas depan yaitu tangan yang lebih pendek
daripada kaki, bagian-bagiannya yaitu branchium, antebranchium (radius ulna),
manus (tangan), digit (falang) yang sebenarnya berjumlah 5, namun satu
mengalami rudimentasi. Anggota extrimitas belakang yaitu kaki, bagian-bagiannya
yaitu femur, crus, passive pedes, dan digit berjumlah 6 namun satu mengalami
rudimentasi.
Kodok bertubuh
pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak bungkuk. Tubuh kodok menunjukkan keadaan
yang serupa dengan anggota yang lain dalam ordonya yaitu memiliki batas antara
caput dan truncus yang tidak jelas.
Caput berbentuk tumpul, tanpa rostrum yang menonjol, pada dataran rostrumnya terdapat
sepasang lubang hidung yang kecil. Dibagian apex caput terdapat sepasang mata yang berukuran besar dan
menonjol yang masing-masing memiliki (Radiopoetro, 1996):
1.
Palpebra superior yaitu lipatan
kulit tebal pada tepi atas.
2.Palpebra inferior yaitu berupa lipatan kulit tebal pada tepi bawah.
3. Membrane nictitans yaitu berupa lipatan kulit yang transparan
terletak pada tepi bawah mata.
Extremitas merupakan alat gerak pada kodok, yaitu
sepasang tangan dan kaki. Bagian-bagian tangan yaitu humerus, radius-ulna,
karpal, metakarpal, dan falang. Pengamatan tangan kodok menuunjukkan bahwa
kodok memiliki 4 jari karena satu jari yaitu ibu jari mengalami rudimentasi.
Bagian-bagian dari kaki kodok yaitu femur, tibia-fibula, tarsal, metatarsal,
dan falang. Jumlah jari pada kaki sebanyak 5, karena satu jari mengalami
rudimentasi.
Kaki kodok terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang
kaki belakang. Kaki depan terdiri atas
lengan atas (bracium), lengan bawah (antebrancium), tangan
(manus), dan
jari-jari
(digiti). Pada kaki
belakang terdiri atas paha (femur), betis (crus), kaki (pes)
dan jari-jari (digiti) (Radiopoetro, 1996).
Secara umum kodok jumlah jari tungkai depan biasanya
empat jari dan tungkai belakang lima
jari. Pada tungkai belakang memanjang yang berpotensi untuk melompat. Kadang-kadang dijumpai jari
tambahan sebagai prehaluk pada sisi ventral kaki. Prehaluk ini pada Spadefoot (katak penggali
tanah) berupa tulang -tulang keras yang
digunakan untuk menggali tanah sebagai tempat bersembunyi (Radiopoetro, 1996).
Berdasarkan hasil pengamatan ketika praktikum diketahui
bahwa kulit kodok tidak mulus karena banyak kutil. Selain itu warnanya juga
tidak terlalu cerah seperti katak. Banyaknya kutil menunjukan bahwa kelenjar
racun pada kodok lebih berbahaya dari katak. Pada kulit bagian dermis terdapat
kelenjar mucus yang ukurannya kecil namun jumlahnya banyak berfungsi untuk mensekresikan
mukus.
Hasil pengamatan tersebut sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa kodok umumnya berkulit kasar. Kulit Amphibi berperan penting dalam
respirasi dan proteksi. Kulit terjaga kelembapanya dengan adanya kelenjar
mukosa, bahkan pada spesies yang hidup di air, mukus memberikan minyak pelumas
bagi tubuh. Sebagian besar Amphibi memiliki kelenjar granular dan kelenjar
mukus. Keduanya mirip dalam beberapa hal antara lain, kelenjar glanular
memproduksi zat abnoxius (menjijikkan) atau racun untuk melindungi diri
dari musuh. Racun yang terdapat pada Amphibi bervariasi (Sukiya, 2005).
Pergantian kulit pada Amphibi terjadi secara periodik.
Proses ini berlangsung dibawah kontrol hormon. Lapisan luar kulit tidak hanya
satu bagian, tetapi dalam fragmen meskipun tungkai biasanya utuh dan mengelupas bersamaan (Sukiya, 2005).
Warna tubuh pada amphibi beraneka ragam. Kodok sawah kulitnya berwarna
coklat dan pada punggungya terdapat warna hijau. Warna tubuh pada amphibi
disebabkan oleh pigmen atau secara struktural atau juga dihasilkan dari keduanya. Pigmen pada
Amphibi terletak pada kromatofora (di
dalam kulit). Sel-sel
pigmen ini biasanya dinamakan menurut jenis pigmen yang dikandung. Melanofora
mengandung pigmen coklat, dan hitam, sedangkan lipafora mengandung
pigmen merah, kuning dan orange. Amphibi juga memiliki sel-sel pigmen yang
disebut guanafora, semacam iridosit pada ikan, mengandung kristal
guanine yang dapat
memproduksi iridesen atau efek putih terang (Sukiya, 2005).
Pengamatan
menunjukkan bahwa mulut kodok tidak memiliki gigi yang membantu proses
pencernaan mekaniknya. Tetapi kodok memiliki lidah yang membantunya dalam
proses mendapatkan makanan. Organ-organ pencernaannya meliputi lambung, usus,
hati, limpha, usus besar, dan kloaka.
Pada
katak di dalam mulut terdapat banyak gigi-gigi kecil disepanjang rahang atas,
dan ada gigi vomerin pada langit-langit mulut. Lidah berotot, biofurkat
(cabang dua) pada ujungnya, dan bertaut pada bagian anterior mulut
(Brotowidjoyo,1989). Lidah katak berfungsi untuk menangkap mangsa. Sebagian
besar Amphibi mempunyai lidah yang dapat
dijulurkan keluar seperti pada katak dan kodok, kemudian lidah digulung
kebelakang jika tidak digunakan (Sukiya, 2005).
Alat pencernaan makanan diawali oleh cavum oris
yang diakhiri oleh anus. Mangsa
yang berupa hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan dibasahi oleh air
liur. Katak sedikit mempunyai kelenjar ludah. Dari cavum oris makanan akan
melewati pharynx, oesophagus yang menghasilkan sekresi alkalin
(basis) dan mendorong makanan masuk dalam ventriculus yang besar, ventriculus
yang besar itu disebut cardiac ,sedangkan bagian posterior mengecil dan
berakhir dengan pyloris. Kontraksi dinding otot ventriculus dapat
meremas makanan sampai menjadi hancur dan dicampur dengan sekresi ventriculus
yang mengandung enzim atau fermen, yang merupakan katalisator (Jasin,1984).
Berdasarkan
hasil pengamatan, organ-organ yang membantu kodok dalam system ekskresi yaitu hati, ginjal, usus
besar, uretra, kloaka. Menurut Jasin (1984) sistem ekskresi sebagai
system pembuangan zat-zat yang tidak berguna dilakukan oleh kulit, paru-paru
dan beberapa zat yang tidak berguna dilepaskan oleh hati berupa empedu dan yang
terpenting dilakukan oleh ren. Ren yang berbentuk bulat panjang, berwarna
coklat terpisah dari coelom dibawah vertebrae. Pemisah ini disebut retroperitoneal.
Ren
merupakan alat filter selektif untuk membuang sisa-sisa zat organis dan
garam-garam mineral dari pembuluh darah.
Proses
filtrasi terjadi pada capsula renalis. Sebuah kapsula renalis
terdiri atas: pembuluh darah kecil yang berlekuk-lekuk yang disebut glomerulus,
Dinding ganda yang berbentuk mangkokan yang yang disebut capsul bowman, Tubulus
uriniferus yang merupakan pembuluh lanjutan darah arteri, Tubukus
itu akan menyalurkan isinya pada pembuluh pengumpul yang disebut ductus
Wolfian atau urether, yang merupakan yang merupakan pembuluh
sepanjang dorsal menuju ke vesica urinaria sebagai penyimpan sementara.
Akhirnya urin sebagai bahan sampah dibuang ke kloaka dan selanjutkan
dikeluarkan dari tubuh (Jasin,1984).
Jantung amphibi imemiliki 3 ruang yaitu 2
atrium dan satu ventrikel. Darah yang mengalir di tubuh kodok adalah
darah campuran, yaitu yang mengandung oksigen dan carbondioxida. Sistem
sirkulasi merupakan system sirkulasi tertutup karena memiliki pembuluh darah.
Ampibi
mempunyai problem untuk mengisi jantung yang menerina darah oksigen dari paru-paru dan darah deoksi
yang tidak mengandung oksigen dari tubuh (tapi hanya sebagian). Untuk mencegah
banyaknya percampuran dua jenis darah tersebut, bahwa ampibi tidak
mengembangkan kearah sistem sirkulasi transisional. Jantung mempunyai sekat interatrial,
kantong ventrikuler, dan pembagian konus arteriosus dalam
pembuluh sistemik dan pembuluh pulmonari. Darah dari tubuh masuk ke atrium
kanan dari sinus vensus kemudian masuk ke sisi kanan ventrikel, kemudian dipompa ke
paru-paru (Sukiya, 2005).
Kebanyakan pada Amphibi pasangan arkus aorta pertama, kedua dan
kelima hilang. Arkus
aorta ketiga
pada sisi dasar carotid internal, dan arkus aorta ke empat
merupakan system arkus yang menuju ke posterior berupa dorsal aorta. Bagian proksimal
dari pasangan keenam arkus aorta cabang dari arteri pulmokutaneus,
membawa darah ke paru-paru dan kulit di mana aersi terjadi (Sukiya,
2005).
Ketika masih berudu, alat pernapasannya adalah insang.
Namun setelah dewasa, menggunakan paru-paru dan kulit. Pernapasan kulit
dilakukan ketika kodok melakukan hibernasi. Hal ini dikarenakan pertukaran gas
melalui kulit dengan cara difusi tidak perlu menggunakan energi yang banyak.
Pada kodok, oksigen berdifusi melalui kulit, dan paru-paru. Kecuali pada
fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut
dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karena tipis dan banyak terdapat kapiler
yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring,
Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di
rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit,
ini dimungkinkan karna kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung
banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi (Godknecht, 2004).
Reproduksi
pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada anura pada umumnya dan
internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan secara eksternal dilakukan di dalam
perairan yang tenang dan dangkal.
Di
musim kawin, pada anura ditemukan fenomena unik yang disebut dengan amplexus,
yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil menempel di punggung betina dan
mendekap erat tubuh betina yang lebih besar. Perilaku tersebut bermaksud untuk
menekan tubuh betina agar mengeluarkan sel telurnya sehingga bisa dibuahi
jantannya.
Amplexus
bisa terjadi antara satu betina dengan 2 sampai 4 pejantan di bagian dorsalnya
dan sering terjadi persaingan antar pejantan pada musim kawin. Siapa yang
paling lama bertahan dengan amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya.
Amphibi berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur,
namun ada juga beberapa famili amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota
ordo apoda. (Duellman and Trueb, 1986)